Assalamu Alaikum Wr.Wb. dan Salam Sejahtera....Selamat Datang di LM3 Model GMIM NAFIRI Manado dan P4S PELANGI Manado, Sulawesi Utara....Solusi Indonesia Hijau ..... Hijaukan Indonesia dengan Pertanian Terpadu Bebas Sampah .... Indonesia Integrated Farming Zero Waste...STOP GLOBAL WARMING

Info dari Situs LEKADnews Jakarta

LEKAD SEBAGAI LEMBAGA YANG TELAH BERPENGALAMAN DALAM KAJIAN, FASILITASI, PUBLIKASI DAN PELATIHAN DIBIDANG KERJASAMA DAERAH SEJAK 2005 MENAWARKAN PELATIHAN PEDOMAN DASAR PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH KEWILAYAHAN. PELATIHAN INI AKAN DISELENGGARAKANA PADA: HARI RABU S/D JUMAT 27-29 APRIL 2011, BERTEMPAT DI GRAHA WISATA KUNINGAN, JL. H.R RASUNA SAID KUNINGAN, JAKARTA_ INFO SILAKAN KONTAK WILDA (081314246402) ATAU H.ASRUL HOESEIN (085215497331) TERIMA KASIH.

Senin, 21 Maret 2011

Kajian Penerapan Model Sistem Usaha Pertanian Terpadu Berwawasan Lingkungan


by: Bambang Prayudi, Teguh Prasetyo, Subiharta, Yulianto, Tri Joko Paryono, Susanti
(Libang, Kementerian Pertanian)

Sistem usaha pertanian di Desa Tarubasan, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten dan sekitarnya didominasi oleh usaha pertanian lahan sawah. Menurut ketercukupan air irigasi sepanjang tahun di desa tersebut terdapat tiga jenis sawah yaitu sawah intensif (70,6 ha), semi intensif (40,8 ha), dan tadah hujan (5,4 ha). Pada sawah intensif semula berpola tanam Padi – Padi – Padi, pada sawah semi intensif berpola tanam Padi – Padi – Jagung / bero, dan pada sawah tadah hujan berpola tanam Tebu / Jagung. Rata-rata produktivitas padi sawah varietas IR64 di desa tersebut mencapai 5,0 t GKP/ha dan varietas Memberamo 6,0 t GKP/ha, sedangkan potensi hasil IR64 sebesar 6,0 t GKG/ha dan Memberamo sebesar 7,5 t GKG/ha; sementara itu rata-rata produktivitas jagung varietas Bisi2 baru mencapai 3,5 – 4,0 t/ha, sedangkan potensi hasilnya sebesar 8,0 t/ha. Dengan demikian masih terdapat peluang untuk meningkatkan produktivitas padi dan jagung di desa tersebut dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Lahan Terpadu (PTT). Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi perubahan lingkungan strategis di sekitar Desa Tarubasan yang menyebabkan perubahan tata guna air yang signifikan. Perubahan yang dimaksud utamanya adalah penggunaan air untuk PDAM, berdirinya usaha air kemasan, dan pengembangan usaha perikanan yang telah menyebabkan pasokan air untuk usahatani sawah menjadi berkurang. Akibatnya lahan sawah intensif menjadi tidak tercukupi kebutuhan airnya sehingga tanaman padi pada musim kemarau menghadapi resiko kegagalan. Keterbatasan air semakin signifikan dengan adanya kebocoran di saluran-saluran irigasi, sementara embung dan sumur air dalam yang ada tidak berfungsi. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut perlu melakukan penyesuaian pola tanam. Dengan mempertimbangkan ketersediaan air, maka pola tanam pada lahan sawah intensif disesuaikan menjadi Padi – Padi – Jagung – Kacang Hijau; pada lahan sawah semi intensif menjadi Padi – Jagung – Kacang Hijau; dan pada sawah tadah hujan menjadi Padi – Jagung – Kacang Hijau. Disamping itu beberapa petani dapat diarahkan untuk menjadi penangkar benih padi dan jagung komposit dibawah koordinasi BPSB TPH ataupun bekerja sama dengan pihak swasta dengan prinsip saling menguntungkan. Beberapa petani utamanya di lahan sawah semi intensif telah membuat sumur air dangkal (sumur pantek) untuk mengatasi kekurangan air pada musim kemarau. Cara ini dapat dikembangkan lebih lanjut terutama untuk sawah semi intensif dan sawah tadah hujan. Penyebab lain belum maksimalnya produktivitas padi dan jagung di desa tersebut adalah terjadinya pengurasan unsur hara karena limbah tanaman yang ada tidak dikembalikan ke lahan, melainkan diangkut keluar desa baik oleh penebas maupun pencari pakan ternak. Untuk menciptakan sistem usaha pertanian yang berkelanjutan, meningkatkan pendapatan petani dan berwawasan lingkungan, perlu dikembangkan sistem integrasi tanaman – ternak. Dalam sistem tersebut limbah tanaman dimanfaatkan untuk pakan ternak, sementara limbah kandang dapat dimanfaatkan untuk biogas dan bahan organik yang dihasilkan dikembalikan ke lahan untuk memperbaiki tingkat kesuburannya. Usaha ternak yang potensial adalah usaha ternak sapi potong/bibit. Peningkatan efisiensi usaha ternak (waktu dan biaya usaha) dapat dilakukan melalui introduksi manajemen kandang, pakan, dan bibit. Pengelolaan sistem usaha pertanian terpadu (tanaman – ternak) dapat dilakukan dengan merevitalisasi kelembagaan petani yang telah ada tetapi belum berjalan secara optimal, khususnya Gapoktan dengan tiga kelompok taninya . Kelompok tani yang sudah cukup maju (Nugroho I) perlu ditingkatkan perannya sebagai pendorong bagi kedua kelompok tani (Nugroho II dan III) serta lembaga petani lainnya. Revitalisasi kelembagaan petani juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan tata guna air. Darma Tirta yang sudah ada perlu ditingkatkan perannya dalam memelihara jaringan irigasi dan sistem panen maupun pembagian air. Peran serta petani dalam investasi jaringan irigasi dan pengelolaan embung perlu ditingkatkan lebih lanjut untuk meningkatkan pasokan air irigasi. Secara bertahap usaha off farm (pengolahan hasil dan penyediaan sarana produksi yang selama ini dipasok dari luar desa) serta akses pasar diharapkan dapat dikelola oleh Gapoktan dan lembaga petani lainnya. Dengan pendekatan PTT padi, produktivitas padi dapat meningkat dari rata-rata 5,65 t GKP/ha menjadi 7,05 t GKP/ha atau mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,4 t GKP/ha (25 %). Keuntungan yang diperoleh dengan sistem tebasan sebesar Rp 10.753.655,-/ha dengan Revenue/Cost (R/C) = 3,0 dan langsung menerima uang, sedangkan sistem kerjasama prosesing hasil dengan Rice Mill setempat keuntungan sebesar Rp 11.828.655,-/ha dengan R/C = 3,2 hanya saja proses penerimaan uang berkisar seminggu setelah panen. Sementara itu dengan pendekatan PTT jagung, produktivitas jagung meningkat dari rata-rata 4,0 t/ha menjadi 7,51 t/ha (87,7 %). Keuntungan yang diperoleh dengan sistem tebasan sebesar Rp 10.286.300,- dengan R/C = 3,4. Petani setempat tidak biasa menanam kacang hijau, dan dalam pelaksanaan PTT kacang hijau ada yang mengalami kekeringan, sementara yang berhasil panen produktivitasnya baru mencapai 0,8 t/ha. Hasil tersebut masih jauh dari potensi hasilnya sebesar 1,50 t/ha. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 5.056.800,- dengan R/C = 1,5. Kegiatan ternak sapi masih dalam pembinaan bagi para peternak untuk dapat menguasai inovasi teknologi maupun kelembagaannya. Kata Kunci : Penerapan Model – SUP Terpadu – Lingkungan

--------------------------------------------------------

Info sekaitan Pertanian Terpadu dengan
Pengembangan Pola Pertanian Berbasis Bebas Sampah:
Silakan Kontak: 085215497331 (H.Asrul Hoesein) atau email ke Klik di SINI.
Konsultan LM3 Model GMIM Nafiri Manado, Sulawesi Utara
PT. Cipta Visi Sinar Kencana, Bandung.

Sabtu, 19 Maret 2011

Diagram Utama (F4) Pertanian Terpadu Bebas Sampah

Tani Terpadu_dok.Rul
   
F4 – sebagai hasil pertanian terpadu. Konsep terapan  pertanian  terpadu  bebas sampah akan  menghasilkan langkah pengamanan terhadap ketahanan dan ketersediaan pangan dan energy (terbarukan) secara regional, nasional, dan internasional terutama pada kawasan-kawasan remote area dari jajaran kepulauan “agraris” Indonesia.  Untuk jelasnya F4 diuraikan sbb: 

1.  F1‐FOOD  Pangan manusia (beras, gandum, jagung, kedelai, kacang kacangan , dll. produk peternakan (daging,susu,telor dll), produk budiaya ikan air tawar atau perikanan darat (lele, mujair,nila,gurameh, dll) dan hasil perkebunan (kopi, teh, gula,kelapa, dll).
2.  F2 – FEED  Pakan  ternak  termasuk  didalamnya  ternak  ruminansia (sapi, kambing,  kerbau, kelinci ), ternak  unggas  (ayam,entok,angsa, itik, burung  dara, dll) juga pakan  ikan  budidaya  air  tawar  terutama  ikan  herbivore  dan  omnivora  yang  tidak  perlu  protein  content  tinggi (mujair,tombro,bandeng,nila dan gurameh).
3.  F3‐ FUEL (Fuel/Energy). Akan dihasilkan energy terbarukan dalam berbagai bentuk mulai energy panas untuk  kebutuhan  domestic/masak  memasak,  energy  panas  untuk  industry  makanan  dikawasan  perdesaan juga untuk industry kecil, juga akan dihasilkan power energy misalnya pure plant oi  (PPO) atau dicampur menjadi bio diesel (pengembangan tanaman jarak,gamal,dll), ethanol dan gasohol, synthetic gas yang dihasilkan dari  pirolisis  gasifikasi  maupun  enzimasi  gasifikasi dan juga  pemakaian  tenaga  langsung lembu/sapi  untuk  penarik  pedati,  kerbau  untuk  mengolah  lahan  pertanian  sebenarnya  adalah  produk  berbentuk  Fuel/Energy.
4.  F4‐FERTILIZER Akan  dihasilkan  juga  bio  fertilizer  yang  semua  juga  memahami  bahwa  bio/organic  fertilizer bukan hanya sebagai penyubur tetapi juga sebagai perawat tanah (Soil  Conditioner) guna mengembalikan unsur hara tanah yang hampir hilang akibat pemakaian pupuk kimia sejak revolusi hijau (zaman orde baru) sampai saat ini. Pupuk organik (organic fertilizer) yang  dari  sisi  keekonomisan  maupun  karakter  hasil  produknya  tidak  kalah  dengan  pupuk  buatan  (anorganic fertilizer)  bahkan  pada  kondisi  tertentu  akan  dihasilkan  bio  pestisida  (dari  asap  cair  yang  dihasilkan  pada  proses  pirolisis  gasifikasi)  yang  dapat  dimanfaatkan sebagai pengawet makanan yang tidak berbahaya (bio preservative) 

Dari penjelasan F4 diatas, maka tersimpulkan betapa besar kasih sayang Maha Pencipta  terhadap makhluknya sebagai kholifah dibumi,tidak satupun ciptaan-Nya yang sia sia, saling terkait satu dengan yang lainnya, Subahanallah. Sebagaimana dikatakan oleh Allah Swt bahwa pergunakan akalmu, maka akan kuberikan berkah kepadamu, serta memberikan rezeki tanpa kamu duga.

Aplikasi dan Pendukung Pertanian Terpadu Bebas Sampah Pembuatan Kompos dari Sampah Rumah Tangga

dok_AsrulHoesein_GIH Foundation_Posko Hijau
Salah satu usaha yang dapat diandalkan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat  dan kestabilan lingkungan berbasis  pertanian  adalah dengan menerapkan  Pertanian Terpadu Bebas Sampah (Integrated Farming  Zero Waste) pada  suatu wilayah, sebagaimana yang akan dilaksanakan oleh LM3PPAS menuju LM3 Model.

Program pertanian terpadu  tanpa limbah  yang ramah lingkungan  ini  mampu menjawab tantangan keterbatasan energi dan iklim yang  ada dengan menghasilkan proses serta produk pertanian yang bersandar pada  konsep  agroekologi  yang  mampu meningkatkan diversifikasi spesies dan genetik dari agroekositem pada tempat dan waktu pada level lahan termasuk perpindahan organisme.Selain itu, dengan diterapkannya  Integrated Farming Zero Waste ini masyarakat mampu menghasilkan produk  bernilai  tambah dengan memanfaatkan bahan-bahan  by product  (bahan samping)  sebagai bahan dasar produk pangan alternatif  seperti opak hati pisang yang kaya serat dan karbohidrat serta pupuk kompos sebagai produk penunjang kegiatan pertanian masyarakat. Oleh karena itu, penerapan  Integrated Farming Zero Waste model  ini mampu membangun suatu kemandirian masyarakat secara berkelanjutan.

Pertanian Terpadu Bebas Sampah, LM3PPAS Musi Banyuasin, Sumatera Selatan Menuju LM3 Model


Lokasi LM3PPAS menuju Pertanian Terpadu_dok.Rul
Pertanian Terpadu Bebas Sampah by LM3 Ponpes Asysyifa
(Muba Integrated Farming Zero Waste)
By: H.Asrul Hoesein_GIH Foundation_LM3PPAS Muba
Pertanian Terpadu Merupakan Solusi Lingkungan Hijau, Gagasan strategi yang mampu diterapkan sebagai solusi untuk menjawab tantangan kelestarian lingkungan Indonesia dengan memasyarakatkan Model Pertanian Terpadu Tanpa Limbah (Integrated Farming Zero Waste) pada para petani. Penerapkan Model Pertanian Terpadu Bebas Limbah (Integrated Farming Zero Waste) dengan mengacu pada agroekologi.

Pada prinsipnya agroekologi adalah upaya ekologis untuk mempertemukan kondisi ekologis sumberdaya dengan kondisi ekologis manusia guna mendapatkan manfaat optimal dalam jangka panjang. Dalam praktek di lapangan konsep agroekologi adalah upaya mencari bentuk pengelolaan sumberdaya lahan permanen, baik dalam satu komoditi maupun kombinasi antara komoditi pertanian dan kehutanan dan atau peternakan/ perikanan secara simultan atau secara bergantian pada unit lahan yang sama dan bertujuan untuk mendapatkan produktivitas optimal, lestari dan serbaguna, dan memperbaiki kondisi lahan atau lingkungan. Jika sistem ini berhasil dimasyarakatkan, diharapkan para petani bersedia kembali bertani dengan cara alamiah (go organik). Di sisi lain, dengan penerapan sistem ini kelestarian lahan pertanian dan kawasan di sekitarnya akan lebih terpelihara.

Dalam mengaplikasi (demplot) program Model Pertanian Terpadu Bebas Limbah dalam skala mikro oleh LM3 Ponpes Asy-Syifa (LM3PPAS). Pada demplot penerapan sistem ini adalah Lokasi Pondok Pesantren sebagai induk dari LM3PPAS, yang terletak di Muarenim Km.10 Peyelibok, Kelurahan Soak Baru, Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi ini LM3PPAS seluas +60 Ha.(baru sekitar 5 Ha termanfaatkan, antara lain peternakan/penggemukan sapi, peternakan ayam, tanaman sayur-hortikultura), namun sangat memiliki potensi pertanian dan perkebunan (hortikultura) yang memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai salah satu usaha untuk membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan (sustainable) melalui pembangunan pertanian terpadu bebas sampah atau bebas limbah.
Perumusan Masalah

Pengembangan usaha pertanian berorientasi pelestarian lingkungan ( go green) merupakan wacana utama yang sedang berkembang dalam masyarakat dunia (stop global warming) untuk mengantisipasi perubahan iklim yang sudah menjadi kenyataan (fakta) akhir-akhir ini. Semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan dampak negatif dari kerusakan lingkungan yang disebabkan karena berkembang dengan pesatnya sistem pertanian konvensional selama ini, mendorong pemerintah di berbagai negara untuk mulai beralih kepada sistem pertanian organik ini. Salah satu negara,
misalnya Jepang telah menerapkan model pertanian terpadu antara pertanian padi dan bebek Aigamo.

Dalam teknik pertanian terpadu padi dan bebek ini, sawah padi ditutup dengan pagar beraliran listrik, jaring dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan dimana bebek Aigamo dan padi dapat menjalin simbiose yang saling menguntungkan. Pertanian padi dan bebek telah terpadu dalam sawah padi secara organis. Inilah yang mengindikasikan adanya penerapan agroekologi dalam sistem pertanian padi dan bebek di Jepang tersebut. (Sumber: Farming Japan Vol.43-3, 2009).

Contoh di atas menggambarkan bahwa dalam praktek di lapangan konsep agroekologi ini berupaya untuk mencari bentuk pengelolaan sumberdaya lahan permanen, baik dalam satu komoditi maupun kombinasi antara komoditi pertanian dan kehutanan dan atau peternakan/perikanan secara simultan atau secara bergantian pada unit lahan yang sama dan bertujuan untuk mendapatkan produktivitas optimal, lestari dan serbaguna, dan memperbaiki kondisi lahan atau lingkungan.Oleh karena itu, model Pertanian Terpadu Bebas Sampah(Integrated Farming Zero Waste) ini merupakan salah satu alternatif yang dapat diaplikasikan secara berkelanjutan.

Sistem ini mampu diterapkan dan dikembangkan untuk membangkitkan gairah kemandirian ekonomi masyarakat (khususnya masyarakat perdesaan) di beberapa daerah seperti Sumatera Selatan khususnya, termasuk Sulawesi, Banten, Bali bahkan hingga Papua. Integrated Farming Zero Waste yang berakar dari konsep agroekologi ini semakin bermanfaat untuk mendukung penerapan Integrated Farming Zero Waste dan keseimbangan tatanan lingkungan yang ada.

Dalam pengembangan Integrated Farming Zero Waste (Pertanian Terpadu Bebas Sampah) ini akan di aplikasi dalam beberapa hal, yaitu :

1. Bagaimana kondisi demografi dan potensi Kelurahan Soak Baru, Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
2. Bagaimana tahapan penerapan dan pengembangan Model Pertanian Terpadu Bebas Sampah pada demplot di Lokasi LM3PPAS tersebut di Kelurahan Soak Baru, Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
3. Bagaimana usaha pemberdayaan potensi masyarakat dalam mendukung penerapan serta pengembangan Integrated Farming Zero Waste di Kelurahan Soak Baru, Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Tujuan Program Pertanian Terpadu Bebas Sampah :

Program Integrated Farming Zero Waste (Pertanian Terpadu Bebas Sampah) LM3PPAS ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:

1. Menguraikan kondisi demografi dan potensi lokal Kelurahan Soak Baru, Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.(baca potensi Muba klik di SINI)
2. Menjelaskan tahapan penerapan dan pengembangan Integrated Farming Zero Waste (Pertanian Terpadu Bebas Sampah) pada demplot, yaitu Kelurahan Soak Baru, Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
3. Memaparkan usaha-usaha pemberdayaan kepada masyarakat komunitas tani (khususnya anggota LM3PPAS, Kelompok Tani, KTNA, P4S) untuk mendukung penerapan serta pengembangan Integrated Farming Zero Waste (Pertanian Terpadu Bebas Sampah) Kelurahan Soak Baru, Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Manfaat Pertanian Terpadu Bebas Sampah
Manfaat yang diharapakan mampu diberikan oleh LM3PPAS adalah:

1. Diperolehnya informasi mengenai kondisi demografi dan potensi lokal dan permasalahan yang dihadapi masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan khususnya dan masyarakat Indonesia (komunitas tani) pada umumnya.
2. Diterapkannya Pertanian Terpadu Bebas Sampah (Integrated Farming Zero Waste) yang merupakan satu implementasi (aplikasi)konsep agroekologi sebagai strategi peningkatan kemandirian masyarakat dan kestabilan sistem lingkungan (bersih, hijau dan mandiri).
3. Memfasilitasi peran serta LM3 sebagai tempat belajar agribisnis, melalui pemberdayaan potensi masyarakat dalam mendukung penerapan serta pengembangan Pertanian Terpadu Bebas Sampah (Integrated Farming Zero Waste) di Kelurahan Soak Baru, Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Penerapan program ini, sangat diharapkan dapat menjadi model bagi komunitas LM3 dan Kelompok Tani khususnya di Provinsi Sumatera Selatan dan LM3 di seluruh Indonesia, agar bisa shar dan bargaining teknologi dan pemsaran (pilot project) dalam pengembangan Pertanian Terpadu Bebas Sampah (Integrated Farming Zero Waste) ini.

Manfaat secara umum, bahwa kami LM3PPAS bermaksud mengaplikasi konsep dan program pemerintah secara total (bukan parsial) dalam menghijaukan Indonesia (Indonesi Go Green) serta sebuah upaya makro untuk mengantisipasi perubahan iklim, yang sudah bukan lagi menjadi isu, tapi lebih merupakan fakta dewasa ini.

Mari Stop Global Warming. Ingat!!! Indonesia adalah paru-paru dunia. Benar memang Indonesia bisa hidup tanpa negara-negara besar seperti AS, Jerman, China dll, namun mereka itu tidak akan hidup dengan stabil tanpa Indonesia. Kondisi inilah seharusnya menjadikan kita (Indonesia) lebih memacu diri menjadi penyejuk dunia (rahmatanlilalamin) buat seluruh masyarakat dunia tanpa kecuali. Ini kesempatan besar buat kita, buat Indonesia.
------------------------------------------------------------------------------------------
Kabupaten Musi Banyuasin adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan dengan ibu kota Sekayu. Kabupaten ini memiliki luas wilayah ±25.664 km² yang terbentang pada lokasi 1,3° - 4° LS, 103° - 105° BT. Bupati Kabupaten Musi Banyuasin adalah H. Pahri Azhari yang dilantik pada tanggal 29 Juli 2008 menggantikan Alex Noerdin.
------------------------------------------------------------------------------------------
Pembangunan Infrastruktur Pertanian Terpadu (Pertanian Organik):
Untuk informasi pengelolaan (rancang bangun) Pertanian Terpadu Bebas Sampah (Integrated Farming Zero Waste) serta Pengelolaan Sampah Kota atau Limbah Pertanian (Sisa Panen) menjadi Pupuk Organik (Pupuk Kompos Padat dan Pupuk Kompos Cair) dengan Teknologi Komposter BioPhoskko (TTG), silakan hubungi kami:

Jaringan Posko Hijau ^ GIH Foundation
KencanaOnline Klik di SINI atau Klik di Sini atau silakan email ke Klik di SINI
Atau hubungi ke: 081278427909 (H.Cholik H.Senen, ST, Ketua LM3 Ponpes Asysyifa), 085215497331 (H.Asrul Hoesein) atau 0815700935 (Ir. Sonson Garsoni) > PT. Cipta Visi Sinar Kencana, Bandung. Atau shar ke GIH Foundation atau AsrulHoeseinBrother atau hubungi jejaring Posko Hijau ^ Gerakan Indonesia Hijau Foundation (alamat klik di Sini) di seluruh Indonesia.

Membangun Pertanian Terpadu Perlu Integrasi Stakeholder



Pertanian terpadu bebas sampah atau integrated farming zero waste adalah usaha pertanian dengan pengelolaan bersinambungan (sustainable), sehingga tidak dikenal limbah (zero waste) sebagai produk sampingan, semua bagian hasil kegiatan pertanian diasumsikan sebagai produk ekonomis dan semua kegiatan adalah profit center, hasil samping dari salah satu sub bidang usaha menjadi bahan baku atau bahan pembantu sub bidang lainnya yang masih terkait,ilustrasi yang sederhana adalah pada usaha budidaya jagung, produk bukan hanya jagung pipilan kering sedangkan biaya pembuangan batangnya dilahan dan dibakar menjadi beban/cost, tetapi dalam pertanian terpadu bebas limbah/sampah meskipun ada biaya pengumpulan batang jagung dari lahan tetapi dapat diproses menjadi silage (pakan ternak ruminansia) atau disimpan sebagai pakan kering, sehingga untuk jumlah yang memenuhi criteria ekonomis justru akan membuka cluster ekonomis baru. Begitu juga hampir pada semua kegiatan usaha bidang pertanian, perkebunan dan peternakan apabila di integrasikan akan membuka peluang peluang usaha baru yang sangat mudah di implementasikan.

Potensi Pengembangan:

Potensi pengembangan model Pertanian Terpadu Bebas Sampah (Integrated Farming Zero Waste) untuk menciptakan kesejahteraan dan pengembalian kestabilan lingkungan masyarakat yang berkelanjutan dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi lokal (kearifan lokal)perlu mendapat perhatian khusus dari semua unsur terkait (keberhasilannya ditentukan dengan tidak adanya ego sektoral, khususnya dikalangan pemerintah), dan sebaiknya diterapkan pada berbagai daerah kabupaten/kota di Indonesia (terlebih pada daerah tertinggal dan daerah yang belum mampu mengoptimalkan manfaat potensi lokal yang ada) di Indonesia. (catatan penulis: Menambah wawasan tentang kerjasama antardaerah dan daerah tertinggal silakan ikuti di LGO Lekad, Jakarta klik di SINI).

Kerja sama antara daerah/pemerintah, perguruan tinggi, LSM/NGO dalam dan luar negeri, masyarakat dan komunitas industri pertanian termasuk organisasi usaha (Kadin Indonesia, HKTI, Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional dan Pasar Modern, dll) juga diperlukan dalam pelaksanaan inisiasi, penyuluhan, penerapan dan pengevaluasian Integrated Farming Zero Waste Model ini. Integrasi pemerintah, perguruan tinggi, NGO, perusahaan swasta dan BUMN (pemanfaatan dana CSR) serta masyarakat juga diperlukan untuk mengembangkan potensi lokal dengan pengolahan produk samping (by product) pertanian agar mampu menghasilkan produk pangan maupun produk pertanian lain yang berkualitas, termasuk dalam inisiasi pentingnya mengkonsumsi produk pertanian organik demi kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Pembangunan Infrastruktur Pertanian Terpadu (Pertanian Organik):

Untuk informasi pengelolaan (rancang bangun) Pertanian Terpadu Bebas Sampah (Integrated Farming Zero Waste) serta Pengelolaan Sampah Kota atau Limbah Pertanian (Sisa Panen) menjadi Pupuk Organik (Pupuk Kompos Padat dan Pupuk Kompos Cair) dengan Teknologi Komposter BioPhoskko (TTG), silakan hubungi kami>
Jaringan Posko Hijau ^ GIH Foundation:

Posko Hijau_KencanaOnline Klik di SINI atau Klik di Sini atau silakan email ke Klik di SINI
Atau hubungi ke: 085215497331 (H.Asrul Hoesein), 0815700935 (Ir. Sonson Garsoni) > PT. Cipta Visi Sinar Kencana, Bandung atau hubungi jejaring Posko Hijau_PT.CVSK ^ GIH Foundation (alamat klik di Sini) di seluruh Indonesia. Info tentang Kerjasama Antardaerah silakan Klik situs NGO Lekad di SINI atau hub: 085215497331 (H.Asrul Hoesein, Tim Manajemen Lekad).

LM3 MODEL GMIM NAFIRI MANADO Headline Animator